Seorang tuan menanam pohon bambu dan merawatnya dengan baik sehingga pohon tersebut tumbuh dengan baik. Pohon ini sangat bersyukur atas kebaikan tuannya dan berjanji membalas budinya.
Pada suatu hari tuannya bertanya kepadanya, “bambu yang ku sayangi, sungguh indah engkau. Tidak sia-sia aku merawatmu. Sekarang aku bermaksud memakaimu. Apakah kau rela?.
Dengan cepat pohon itu berkata “dengan senang hati tuan”. Tetapi tuannya berkata, “kalau kamu mau ku pakai, terlebih dahulu aku harus menebangmu!” betapa terkejutnya pohon itu dan berkata, “oh tuan! jangan saya ditebang. Lihat diantara pohon-pohon, bukankah saya yang paling tinggi dan paling indah? Jika di tebang, bukankah saya harus rebah ditanah, dan kedudukan saya lebih rendah dari pada pohon lainnya?.
Tuannya menjawab, “jika kamu tidak mau ditebang, maka aku tidak dapat mamakai kamu”. Demi untuk membalas budi, dengan menahan rasa sakit, ia membiarkan dirinya ditebang.
Pada keesokan harinya, tuannya datang dan berkata, “bambu yang kusayangi, aku harus membersikan daunmu, agar aku dapai memakaimu”. Dengan uring-uringan pohon itu berkata, “oh tuan! Engkau sungguh kejam sekali, aku sudah rela ditebang dan rebah ditanah, aku tidak dapat memegahkan diri seperti dulu lagi. Apa yang sekarang saya dapat banggakan, adalah daun-daun yang hijau ini. Jika engkau membersihkannya, maka habislah saya! Oh tuan! Saya mohon, janganlah daun-daun ini di bersihkan. Tuanya berkata, jika daun-daunmu tidak dibersihkan, maka aku tidak dapat memakaimu. Dengan menahan air mata ia membiarkan dirinya dibersihkan.
Pada hari ke 2, tuannya datang lagi dan berkata, bambuku sekarang aku harus membuang carang-carangmu, agar aku dapat memakaimu. Dengan hampir menjerit bambu itu berkata jika engkau membuang carang-carangku, maka wajahku akan menyerupai apa? Kasihanilah saya jangan membuang carang-carang itu. Tuannya berkata jika carang-carang itu tidak di buang maka aku tidak dapat memakaimu. Dengan perasaan sedih ia membiarkan carangnya dibuang.
Hari berikutnya datang dan menghampirinya. Dengan berbisik ia berkata, bambuku sekarang permintaanku yang terakhir, aku akan melobangi hatimu, agar aku dapat memakaimu. Tanpa tertahan lagi menangislah bambu itu dan berkata, tuan, akarku sudah ditebang, daunku sudah dibersihkan, carangku sudah dibuang dan sekarang engkau mau melobangi hatiku. Apakah ini tidak keterlaluan tuan? Mengapa engkau tidak memilih pohon yang lain? Mengapa hanya saya yang dipilih dan disiksa? Dengan lembut tuannya menjawab, meski dikebun ini banyak pohon, tetapi aku hanya mau engkau kupakai, agar berkatku,dibagikan kepada orang lain. Dengan menahan sakit, ia membiarkan hatinya di lobangi.
Setelah melubangi hati bambu ini, tuannya lalu membawanya ke sumber air. Ujung atas bambu ditaruh dalam sumber air dan ujung lainnya, ditaruh diladang. Melalui bambu ini, air disalurkan ke lading, sehingga lading mendapat pengairan yang cukup, tanah menjadi subur, dan pak tani bersuka-ria karena mndapatkan hasil yang banyak.
Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah dipotond-Nya dan setiap ranting yang berbuah dibersihkan-Nya, supaya ia berbuah banyak. (Yohanes 15:2).
No comments:
Post a Comment