Monday, May 30, 2011

Semut yang bijak

Terdapat berbagai jenis semut di muka bumi ini. Ada yang ukuran tubuhnya kecil, ada juga yang besar dengan warna yang berbeda pula. Salah satu tokoh penting dalam Alkitab bernama Salomo, suka mengamati kehidupan makhluk ciptaan Tuhan ini dan mempelajari sikap dan tingkah laku mereka. Tapi yang unik, Salomo memakai “bangsa semut” sebagai sarana dalam wejangan hikmatnya.

Apakah yang unik dari kehidupan semut?
Dalam amsal 30:25 Salomo menulis”semut bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas” selanjutnya dalam kitab y6ang sama pasal 6:6-8, salomo menulis: “hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturannya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.”

Terdapat dua komponen penting dalam dua bagian Alkitab di atas:
1.Semut dalam keadaan fisik yang tidak kuat, tetapi pintar dan rajin.

2. Manusia memiliki fisik yang kuat tetapi malas. Ironis memang kalau semut yang kecil dan lemah harus menjadi contoh bagi manusia yang diciptakan dengan segala hikmat dan keahlian sang pencipta. Semut yang disebut bangsa yang tidak kuat, memiliki insting yang tajam sehingga dapat membaca dan melihat situasi dengan tepat.
Ia sangat memahami musim sehingga musim panas ia bekerja keras mencari makanan dan menimbun makanan tersebut di tempat yang aman. Ia tahu bahwa pada musim hujan tidak ada kesempatan baginyta untuk mencari makanan.

Apakah yang dapat kita pelajari dari kehidupan semut?
Kalau saja manusia yang memiliki karakter malas, tidak mau bekerja dan hanya menjadi parasit bagi orang lkain membuka hati dan bercermin kepada kehidupan semut, “hai pemalas, pergilah kepada semut perhatikanlah lakunyadan jadilah bijak” maka yang terjadi adalah perubahan karakter dan sikap hidup.

Hal yang yang dapat di pelajari dari semut:
1. Rajin,
bekerja keras menyediakan makanannya. “ menyediakan makanan“ Semut memberikan teladan penting bahwa kerajinan sesungguhnya menghindarkan orang dari kemiskinan. Si pemalas dan si malang adalah saudara kembar, artinya orang malas pasti malang.

2. Disiplin diri,
"biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturannyaatau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanan pada waktu panen”. Mendisiplinkan diri itu penting dalam menjalani hidup di dunia ini, karena tanpa pendisiplinan diri, maka kehidupan kita akan menjadi kacau balau, dan yang pasti tidak dapat menjadi berkat bagi orang lain.

3. Pemanfaatan waktu,
"menyediakan makanan pada musim panas” pemazmur menulis dalam kitabnya, “ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”(Mazmur 90:12). Penyia-nyiaan waktu adalah tindakan tidak bijaksana karena kehidupan di dunia ini hanya sementara, bahkan pemazmur menggambarkan kehidupan manusia tidak lebih dari rumput yang sebentar ada, tetapi yang akan segera layu, mati dan lenyap. Begitu singkatnya masa hidup kita di dunia ini, sehingga kita harus sungguh-sungguh memanfaatkannya sebaik mungkin. Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun tidak akan pernah kembali, ia akan terus berlalu dengan cepat.

Sumber: Majalah Rehobot, (Ev. Yohanes Ndapamuri)

No comments:

Post a Comment