Nama, John Sung cukup dikenal dalam kalangan gereja-gereja di Jawa, terutama di kalangan gereja-gereja Tionghoa. Perjalanan pelayanananya di Pulau Jawa membawa berkat yang besar terutama bagi gereja-gereja Tionghoa.
John Sung adalah seorang pekabar Injil Tiongkok pada abad ke-20, yang mengadakan serangkaian kebangunan rohani di Asia. Dapat dikatakan ia adalah seorang pekabar Injil Asia untuk Asia. Itulah sebabnya ia diberi gelar Obor Allah di Asia.
John Sung dilahirkan di desa Hong Chek, Provinsi Fukien, Tiongkok pada 27 September 1901. Nama yang diberikan oleh orang tuanya adalah Ju Un, yang artinya kasih karunia Allah. Ayahnya adalah seorang pendeta Gereja Methodist di desa Hong Chek, tetapi pada tahun 1907 pindah ke Hinghwa sebagai guru pada sebuah Sekolah Alkitab Methodis disana.
John Sung mengalami pertobatan pada tahun 1913 dalam sebuah kebangunan rohani di Honghwa. Sejak itu John Sung mulai berkotbah sehingga ia juga dikenal dengan julukan Pengkotbah Cilik. Di Hinghwa, John Sung bersekolah pada sebuah sekolah milik Gereja Methodist. Di sekolah ia tergolong anak yang pandai dan menjadi pemimpin redaksi untuk majalah sekolahnya.
Setelah selesai pendidikan menengahnya di Hinghwa, John Sung ingin melanjutkan pendidikannya pada perguruan tingggi, namun ayahnya tak mampu menyekolahkannya. Beruntunglah ia karena Gereja Methodist bersedia memberikan bea siswa kepadanya untuk belajar di Amerika Serikat. Ia belajar pada Fakultas Ilmu Pasti dan Kimia, Universitas Wesley. Pada tahun 1923 ia berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya. John tidak mau kembali ke Tiongkok sebelum ia menjadi dokter. Di Amerika ia terpaksa bekerja mencari uang tambahan, karena bea siswa yang diterimanya sangat terbatas. Karena ia bekerja keras mencari uang tambahan sambil kuliah, maka John menderita sakit beberapa bulan dan dirawat di rumah sakit. Namun, John Sung berhasil juga memperoleh gelar dokternya.
Kemudian John Sung mendapat tawaran pekerjaan dari mana-mana. Hatinya sekarang bimbang : apakah ia akan bekerja pada pemerintah Tiongkok ataukah melepaskannya dan menjadi penginjil. Ia berdoa agar Tuhan menunjukkan jalan. Tanggal 10 Pebruari 1926 ia memutuskan untuk menjadi penginjil dan menyerahkan seluruh waktunya bagi pekerjaan Tuhan.
Tanggal 4 Oktober 1926 John Sung kembali ke Tiongkok. Sewaktu kapal hendak merapat di dermaga pelabuhan Shanghai, John Sung membuang ijazah sarjananya serta tanda-tanda penghargaan yang diperolehnya di Amerika Serikat ke laut, kecuali ijazah dokternya untuk diperlihatkan kepada ayahnya. Ia menganggap bahwa ijazah dan tanda penghargaan yang diperolehnya itu dapat menjadi penggoda baginya untuk meninggalkan pekerjaan sebagai penginjil..
Pada tahun 1927 John Sung mulai mengadakan pelayanan kebangunan rohani di Hinghwa. Perubahan haluan John Sung sangat mengagetkan ayah dan ibunya. Tawaran pekerjaan dari pemerintah Tiongkok ditolaknya. Ia mengadakan perjalanan penginjilan di seluruh Tiongkok (Hingwa 1927-1930; Foocow - Shanghai 1930; Nanchang, Tiongkok Utara, Mancuria 1931; Tiongkok Selatan 1932; dan Tiongkok Utara lagi 1933-1934).
John Sung juga mendapat karunia penyembuhan lewat doanya. Ia mendoakan orang sakit dengan berlutut sambil menjamah dahi orang sakit itu dan mengolesnya dengan minyak. Ia mengutip beberapa ayat Alkitab atau berkata , “DenganNamaYesus.” John Sung sadar bahwa cara penyembuhan seperti ini berbahaya, yaitu orang sakit itu akan memandang dirinya sebagai seorang dukun. Namun ia selalu menegaskan bahwa tidak setiap doa penyembuhan berhasil karena penyembuhan itu ditentukan oleh Allah saja. Memang banyak orang memperoleh kesembuhan lewat kuasa doa John Sung.
Tahun 1935 John Sung mulai mengadakan perjalanan penginjilan keluar negeri. Pertama-tama perjalanannya ditujukan ke Filipina dan Singapura, kemudian kembali ke Tiongkok lagi. Di Tiongkok sekali lagi ia mengadakan perjalanan keliling dengan hasil yang memuaskan. Tahun 1938-1939 ia mengadakan penginjilan ke Muangthai dan Serawak.
Pada tahun 1939 John Sung mengadakan perjalanan penginjilannya ke Indonesia atas undangan jemaat-jemaat di Surabaya. Kesempatan ini dipergunakannya untuk memberitakan Injil di beberapa kota besar di Indonesia. Dari Surabaya ia menuju ke Madiun, Solo, Jakarta, Bogor, Cirebon, Semarang, Magelang, Purworejo, Yogyakarta, kembali ke Solo, dan berakhir di Surabaya. Penginjilannya itu dikunjungi oleh ribuan orang. Ia menganggap bahwa pekerjaannya di Indonesia belum selesai. Ia mengadakan penginjilan juga ke Makasar dan Ambon, kemudian kembali ke Tiongkok. John Sung berada di Indonesia selama tiga bulan. Pekerjaannya sangat melelahkan, bahkan ia merasa sakitnya mulai kambuh. Setelah tiba di Tiongkok, sakitnya menjadi lebih parah dan John Sung meninggal pada tanggal 18 Agustus 1943.
Peranan John Sung bagi jemaat-jemaat Tionghoa di Pulau Jawa sangat besar. Paling tidak John Sung berhasil dalam dua hal, yaitu membangunkan semangat kegerejaan orang-orang Tionghoa yang telah menjadi Kristen dan menarik banyak perhatian orang Tionghoa yang belum Kristen sehingga mereka mau menjadi Kristen. Di Ambon berhasil dibangun sebuah jemaat Tionghoa, hasil pekerjaan John Sung, yang kemudian diberi nama Gereja Kristen Tionghoa (Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee).
John Sung tidak memiliki suatu pandangan teologia sendiri seperti Jonathan Edwards, tokoh kebangunan rohani Amerika. Ia adalah seorang yang tidak pernah belajar teologia secara formal. Ia adalah seorang awam.
John Sung adalah seorang pengkhotbah yang menarik dan bersemangat. Terkadang ia turun dari mimbar dan berdiri di tengah-tengah hadirin sambil menunjuk dengan jarinya kemuka seorang pendengarnya sewaktu berkhotbah. Khotbahnya menusuk perasaan pendengarnya sehingga secara spontan mereka mengakui dosanya dan menerima Kristus. Banyak orang yang bertobat lewat penginjilannya. Tampaknya John Sung meniru cara berkhotbah tokoh-tokoh kebangunan rohani di Amerika yang dilihatnya sewaktu ia belajar di Amerika.
Dimana-mana John Sung membentuk kelompok pekabar Injil yang diutusnya untuk memberitakan Injil. Disini jelas sekali bahwa John Sung dipengaruhi oleh cara-cara yang dipergunakan Wesley Bersaudara. (Tokoh-tokoh dalam sejarah gereja)
sumber: http://www.yamari.org
No comments:
Post a Comment