Thursday, November 5, 2009

Aku dan tukang becak



Dor…., suara mengagetkan yang segera saja membuatku kesal, datang dari ban depan motor bututku. “ya ada-ada aja…”, gerutuku dalam hati. Padahal aku harus buru-buru ke gereja untuk memimpin ibadah kaum muda. Tengok kanan, tengok kiri. Aku berusaha mencari tukang tambal ban terdekat. Ku dorong motor tua itu dengan segudang kekuatiran, bahwa aku akan terlambat dan tak dapat melayani di ibadah kaum muda.
Mas….mas…. tiba-tiba saja ku dengar suara orang memanggilku. Kucari dimana gerangan suara yang memanggil ku. Mataku lantas melihat sesosok pria hitam, dan bercaping, tengah mengayuh becaknya, rupanya laki-laki itu yang memanggilku. Ia meminggirkan becaknya, lantas turun menghampiriku.
“kenapa mas motornya? Bannya bocor ya? Sini, saya tambalkan. Biar masnya ga terlambat ke gereja”. Kata tukang becak itu dengan ramahnya.
“dari mana bapak tahu kalau saya mau ke gereja?” tanyaku heran.
“ya … itu…”, jawab si bapak sambil menunjuk Alkitab yang ku bawa. Aku tersenyum, mangut-mangut. Tak lama kemudian, ia sudah asyik menambal ban motorku dengan cekatan. Tak sampai setengah jam ia sudah menyelesaikan pekerjaannya, ketika ku lihat kantong celana ku , mengambil uang atas hasil kerjanya, tiba-tiba saja pak tua itu mencegah.
“nggak usah, mas. Mas nggak usah membayar jasa saya. Saya melakukannya dengan senang hati kok. Kata-katanya membuatku tertegun, bingung tak tahu harus berbuat apa.
“tapi masa gratisan gitu pak? Janganlah. Terima saja uang ini”. Kataku seraya memaksanya menerima selembar lima ribuan ke tangannya.
“Cuma… ehm… kalau boleh….em… apa Alkitabnya mas boleh buat saya?. Soalnya sudah lama saya pengen punya Alkitab sendiri, tapi saya punya cukup uang. Saya belum lama jadi orang Kristen, tapi pengen sekali mendalami Firman Tuhan. Aku terperangah. Ku pandangi Alkitab yang baru dua hari ku beli dengan menyisihkan uang sedikit demi sedikit. Ada rasa sayang untuk memberikan Alkitab itu padanya.
“ ini pak, Alkitab ini buat bapak saja”, kataku seraya menyodorkan Alkitab baru itu. Kulihat wajah pria tua itu mendadak cerah sekali.
“Terimakasih ya Mas….. terimakasih sekali…. Semoga Tuhan Memberkati mas.” Laki-laki itu tak henti-hentinya membungkukkan badannya, mengucapkan terimakasihnya, sampai ia menghilang dari pandanganku.
“Tuhan, ampuni aku kalau tadi sempat menggerutu gara-gara banku bocor, ternyata Engkau memiliki maksud yang indah dibalik semuanya ini, agar aku boleh jadi berkat”, bisikku seraya meneruskan perjalanan menuju gereja.
oleh : G.Semianta

No comments:

Post a Comment