Dua hari menjelang Natal tahun yang lalu, Penulis memiliki pengalaman yang mengesankan. Saat itu ramalan cuaca, baik di televisi dan informasi cuaca online menyebutkan bahwa badai salju akan menerjang dengan suhu di bawah tiga puluh dua derajat Fahrenheit (beberapa derajat di bawah suhu es). Wal-Mart, tempat kerja Penulis sudah mulai tampak sepi menjelang pukul enam malam. Biasanya ratusan customer datang untuk berbelanja, namun malam itu suasana sudah sangat lengang. Rekan-rekan sekerja yang bertugas malam hari hingga dini hari sudah mulai menelepon untuk absen diri, sedangkan rekan-rekan lainnya sudah banyak yang meninggalkan pekerjaan menjelang pukul tujuh malam. Saat itu Penulis masih bertahan untuk tidak meninggalkan pekerjaan hingga pukul delapan lewat tiga puluh menit waktu Pennsylvania.
Beberapa rekan ada yang bersedia tinggal di tempat kerja dan para Manager sudah bersiap sedia untuk tinggal hingga dini hari. Itulah salah satu resiko dan bentuk tanggung jawab para Manager mengingat tempat kerja Penulis tetap buka selama dua puluh empat jam sehari dan tujuh hari dalam seminggu walau badai salju menerjang sekalipun. Tanpa berpikir bahwa badai salju telah berselang lebih awal, Penulis mengenakan seluruh perlengkapan, dari scarf, kaos tangan dan jaket khusus musim dingin. Ternyata udara di luar sangat super dingin – di luar dugaan Penulis. Salju sudah turun cukup lebat walau permukaan jalan masih belum tertutup salju. Hanya berjalan sekitar tiga puluh meter dari pintu masuk menuju ke mobil, tangan Penulis sudah terasa dingin dan kaku. Sialnya, sewaktu Penulis berusaha membuka pintu mobil, ternyata tidak dapat dibuka. Penulis mencobanya berulang kali tetapi tetap tidak dapat dibuka padahal seingat Penulis, mobil tersebut biar pun keluaran sepuluh tahun yang lalu tidak bermasalah sedikit pun. Rasa khawatir mulai memuncak sewaktu Penulis melihat di sekitar halaman parkir Wal-Mart yang luasnya seperti lapangan sepak bola yang biasanya ratusan mobil terparkir di sana, saat itu hanya beberapa mobil yang terlihat dan dapat dihitung dengan sepuluh jari saja. Tidak tampak seorang pun lewat dan tak tampak sebuah mobil pun melintas.
Akhirnya Penulis mencoba sekali lagi untuk keempat pintu – masih tetap tak ada satu pintu pun terbuka. Alamat! Mau tidak mau Penulis harus kembali ke dalam gedung untuk minta pertolongan tapi siapa yang mau menolong di malam hari dengan suhu sedingin itu? Penulis pun ragu-ragu untuk kembali ke gedung. Di satu sisi, tangan Penulis sudah mulai sakit menahan dingin walau sudah dimasukkan ke saku jaket. Tangan Penulis sudah tak dapat merasakan apa-apa selain menahan sakit karena dinginnya udara. Tiba-tiba Penulis mendengar suara ‘brak!’ sekitar tiga puluh meter dari lokasi di mana Penulis berdiri di samping mobil. Penulis ingin mengetahui siapa gerangan orang di sana dan bermaksud meminta pertolongan. Dengan langkah penuh harap dan berlari kecil, di balik beberapa deretan mobil truk, tampak dua orang ‘Pusher’ sedang mengumpulkan puluhan kereta belanja untuk ditarik secara otomatis. Dengan sedikit ragu-ragu, Penulis memberanikan diri meminta pertolongan. Ternyata permohonan Penulis disambut baik oleh seorang di antara mereka berdua. Ia pun mengikuti langkah Penulis ke mobil dan mulai beraksi. Hasilnya sama saja. Pintu mobil masih belum dapat dibuka meskipun posisi kunci sudah terbuka. Kepanikan mulai menyerang Penulis, sedangkan dinginnya kedua tangan sudah tak dapat dikendalikan lagi.
Rasanya Penulis ingin langsung berlari ke dalam gedung. Melihat paniknya Penulis, ia pun berusaha sekali lagi dan menanyakan apakah mobil Penulis memiliki masalah seperti itu sebelumnya. Penulis pun menjawab bahwa mobil itu sehat walafiat. Saat itu Penulis sudah membayangkan alternative akhir - mau tidak mau harus tinggal di dalam gedung bila pintu mobil tak dapat dibuka. Penulis mulai memohon dalam doa di dalam hati dalam suasana panik, sambil melihat si pria penolong itu masih sibuk berusaha membuka pintu. Rasanya tidak enak bila membiarkannya melakukannya di cuaca yang begitu dinginnya. Saat Penulis bermaksud untuk mengatakan ‘berhenti saja’ tiba-tiba pintu sebelah kanan terbuka saat ia menariknya sekali lagi. Penulis rasanya ingin mengeluarkan air mata – hampir tidak percaya melihat adegan di depan mata. Ia tampak tersenyum sambil berkata bahwa pintu sudah terbuka dan mempersilahkan Penulis untuk masuk ke dalam mobil.
Oleh karena masih terkesan, Penulis mengatakan agar ia tetap membuka pintu itu dan menghampirinya sambil mengucapkan terima kasih dan menyarankannya agar segera pulang karena cuaca yang sangat buruk dan tidak perlu mengkhawatirkan kereta-kereta belanjaan. Penulis katakan bahwa para Manager pun akan memakluminya. Ia pun berkata bahwa kereta-kereta itu adalah pekerjaannya yang terakhir malam itu dan setelah itu ia segera akan pulang. Tak lupa Penulis bertanya siapakah namanya dan ia menyebutkan namanya yang sangat sulit untuk diingat. Sebelum masuk ke dalam mobil, Penulis mengucapkan ‘Selamat Natal’ kepadanya. Tanpa diduga ia berjalan mendekat dan memeluk Penulis dengan kedua belah tangannya sambil berkata, “Merry Christmas!” Penulis sangat terharu, rasanya ia mengetahui bagaimana perasaan Penulis yang sangat panik pada saat itu. Penulis bermaksud ingin memberikan sesuatu kepadanya sebagai tip sebagai ungkapan terima kasih tetapi batal mengingat saat itu Penulis tidak membawa uang ‘cash’.
Dengan penuh yakin dan mantap Penulis mengatakan sebelum ia melangkah meninggalkan lokasi di mana Penulis berdiri, “You are my angel. God will bless you!” Ia pun tersenyum dan melambaikan tangan kanannya sambil berkata, “Thank you. Go home soon! Be careful in driving!” Di dalam mobil selama sekitar lima belas menit Penulis berdiam diri, duduk di kursi mobil hingga kondisi di dalam mobil tidak terlalu dingin sambil meninggikan ‘heater’ secara maksimum. Penulis berupaya mengingat rupa si Penolong tersebut, namun rasanya mustahil. Yang terlihat hanyalah raut mukanya saja yang tertutup topi musim dingin dan dikerudung dengan topi jaketnya. Penulis hanya mengingat si Penolong tersebut berperawakan tinggi dan berkulit hitam. Itu saja, namanya pun sangat susah untuk diingat.
Selama di perjalanan, Penulis tak henti-hentinya mengucap syukur dan berterima kasih akan adanya pertolongan di luar dugaan. Sementara sepanjang perjalanan sudah tampak sangat lengang dan hanpir ridak tampak satu pun mobil melintas. Penulis berpikir dalam hati mengapa tidak pulang lebih awal untuk menghindari situasi yang mencekam seperti itu. Setiba di rumah, Penulis sudah tidak sabar menceritakan kejadian itu kepada sang suami dengan mata agak berkaca-kaca. Penulis katakan kepadanya, “He is my angel” dan memberitahukannya kalau tidak ada pertolongan, mau tidak mau Penulis akan tinggal di gedung hingga keesokan harinya. Lalu Penulis bertanya mengapa pintu mobil tak dapat dibuka sama sekali. Suami Penulis menjawab itu disebabkan cuaca yang sangat dingin sehingga kebekuan memungkinan hal itu. Penulis tak membuang waktu, berjalan ke dapur dan mengecek alat pengukur suhu. Ternyata benar, suhu udara di luar: minus tujuh derajat Celcius! Malam itu Penulis menyertakannya di dalam doa.
Penulis yakin meskipun berkat itu tak datang dari Penulis itu sendiri, berkat itu akan datang dari sumber lainnya. Dalam doa Penulis yakin bahwa siapa pun yang menolong sesama dengan ketulusan hati, maka si Penolong tersebut akan mendapatkan bagiannya. Melalui cerita di atas, kita dapat merenungkan sesuatu, apakah kita juga pernah memanjatkan doa kepada mereka yang membutuhkan pertolongan kita yang tak dapat kita jangkau? Atau hanyakah kita berdoa kepada sesama yang hanya pernah menolong kita saja? Yakinkah Anda bahwa doa dan iman adalah sebuah senjata yang mutakhir kita dalam berkomunikasi dengan sang Pencipta? Menjelang Natal ini, marilah kita semua mengingat sesuatu, di kala kita membelanjakan begitu banyak uang untuk makanan dan hadiah dalam merayakan Natal, di belahan bumi lainnya masih banyak mereka yang kelaparan dan membutuhkan pertolongan. Ulurkan tangan Anda! Bantuan dalam bentuk apa pun akan sangat membantu, termasuk doa-doa Anda. Selamat Natal. Kiranya damai Natal senantiasa menyertai kita selamanya. Amin.
Sumber: http://www.cross-written.com/tag/christmas
No comments:
Post a Comment